Alluvium adalah sejenis tanah liat, halus dan dapat menampung air
hujan yang tergenang. Dengan demikian, padi sawah sangat sesuai ditanam di
tanah jenis alluvium. Tanah alluvium biasanya terdapat di tebingan sungai,
delta sungai dan dataran yang tergenang banjir. Banjir yang melimpah akan
menimbulkan endapan tanah alluvium di tepi sungai.
Proses Pelapukan Batuan
Proses pelapukan batuan terjadi
akibat tiga mekanisme, yaitu:
(1) proses pelapukan fisik,
(2) proses pelapukan kimia, dan
(3) proses pelapukan biologi.
Ketiga proses ini saling
terintegrasi satu sama lain sehingga mempercepat proses pelapukan batuan.
Proses pelapukan fisik merupakan proses mekanik yang menyebabkan bebatuan masif
pecah dan hancur serta terfragmentasi menjadi partikel-partikel kecil tanpa ada
perubahan sifat kimia. Proses ini terjadi akibat dari:
(1)
perubahan suhu yang drastis
seperti sangat dingin atau sangat panas,
(2)
hantaman air hujan,
(3)
penetrasi akar, dan
(4)
aktivitas makhluk hidup
lainnya.
Perbedaan kecepatan proses
pelapukan fisik dipengaruhi:
(1)
tingkat kontraksi dan
ekspansi dari komponen penyusun batuan, sehingga memicu proses pecah dan
hancurnya bebatuan,
(2)
tingkat kekasaran permukaan
bebatuan, makin kasar permukaan bebatuan akan mengalami proses pelapukan yang
lebih cepat, dan
(3)
warna gelap dan terangnya
bebatuan, makin gelap warna bebatuan akan memiliki daya menyerap cahaya yang
lebih banyak dan mempercepat proses pemuaian atau kontraksi dan ekspansi,
sehingga mempercepat proses pelapukan.
Proses pelapukan kimia merupakan
proses pelapukan yang diikuti terjadinya perubahan sifat kimia. Beberapa proses
kimia dari pelapukan adalah:
(1)
pelarutan atau solubilitas,
(2)
hidrasi atau proses
pengikatan molekul air, sehingga volume meningkat dan kekuatan melemah serta
menjadi mudah mengalami proses pelapukan,
(3)
hidrolisis atau proses
pergantian kation-kation dengan ion hidrogen dan saat terjadi ionisasi
menyebabkan kondisi melemah, sehingga mudah mengalami proses pelapukan,
(4)
oksidasi atau terjadinya
penambahan muatan positif, seoperti perubahan besi dalam batuan dari bentuk
ferro menjadi bentuk ferri dan ukurannya bertambah, sehingga mudah mengalami
proses pelapukan, dan
(5)
reduksi atau peristiwa
penurunan muatan positif,
(6)
karbonatasi atau proses
yang menyebabkan bereaksinya asam karbonat dengan basa-basa membentuk basa
karbonat, dan
(7)
asidifikasi atau proses
pengasaman bebatuan, sehingga mempercepat proses pelapukan, seperti: pengasaman
akibat asam nitrat yang terkandung dalam air hujan, dan pengasaman akibat asam
sulfat hasil dekomposisi protein, kedua asam ini mempercepat proses pelapukan.
Proses pelapukan biologi dapat
diakibatkan oleh aktivitas kehidupan:
(1)
mikroorganisme tanah,
(2)
akar tumbuhan, dan
(3)
hewan.
Proses pelapukan biologi
senantiasa mengiringi dari kedua proses sebelumnya.
Sebagai contoh: bebatuan yang mengalami
proses suhu ektrim (sangat panas atau sangat dingin) sehingga mulai terjadi
retakan-retakan. Selanjutnya saat terjadi hujan maka air hujan akan masuk ke
dalam retakan-retakan tersebut dan makin mempercepat proses pelapukan, selain
itu biasanya diiringi juga dengan mulai tumbuhnya tanaman tingkat rendah dan
mulai berkembangnya mikroorganisme tanah sehingga lebih mempercepat proses
pelapukan. Makin hari tanah yang terbentuk makin dalam dan selalu diikuti
dengan perubahan vegetrasi yang tumbuh diatasnya yang dikenal dengan istilah
suksesi vegetasi, yaitu dari vegetasi yang berakar dangkal sampai ke vegetasi
berakar dalam. Tiga proses pelapukan tersebut satu sama lain saling
terintegrasi secara utuh dan saling berintekasi dalam mempercepat proses pelapukan
bebatuan menjadi tanah.
0 Comments:
Post a Comment